Yayat wrote:
Halo mas Rustan,
Nama saya Yayat. Saya mahasiswa tingkat akhir, untuk kelulusan saya membuat logo untuk klien asli.
Saya tidak dibayar untuk ini dan klien juga tidak boleh menggunakan logo saya.
Nama klien saya adalaha CV. Anamora. CV. Anamora itu penjahit seragam khusus polisi atau security.
Masalah yang dihadapi CV. Anamora adalaha banyaknya usaha sejenis yang beroprasi disekitar tokonya, maklum mas tokonya berdiri di depan marks Brimob kelapa dua.
Karena saking banyaknya target market berfikir semua tukang jahit sama.
Untuk itu saya merancang logo yang membuat CV. Anamora mempunyai citra yang berbeda.
Dengan cara menanamkan citra sebagai penjahit yang tidak hanya menjahit seragam kepolisian tapi juga memberikan penghargaan
dalam bentuk jahitannya.
Saat sidang dosen saya bilang logo saya kurang baik karena tidak dibuat berdasarkan kemauan pelanggan.
Lalu saya menjawab saya mendesiain logo sesuai kebutuhan klien bukan kemauan pelanggan.
Apakah saya salah merancang logo seperti itu? bagaimana menurut mas?
Saya tunggu balasannya ya. Karena saya benar-benar ingin menjadi desainer handal seperti mas Rustan,
saya perlu tahu apakah cara saya sudah benar.
__________
Halo Mas Yayat,
Diluar hasil visualisasi logo yang Anda buat, saya setuju dengan pendapat Mas bahwa logo memang seharusnya dibuat sesuai dengan kebutuhan klien. lebih tepatnya sbb: desain adalah penciptaan solusi terhadap suatu masalah. Nah, masalah yg ada adalah: banyak usaha yg serupa di lokasi tsb. mungkin dg harga yg serupa, pelayanan serupa, dll. utk yg seperti itu saya mengistilahkannya dengan ‘komoditi’.
Karena semuanya serupa, maka faktor apa yg menjadi pilihan konsumen? Yak, betul! Harga! pembeli tinggal cari toko yg harganya paling murah. Hal ini akan menciptakan perang harga. Main murah-murahan. Konsumen makin senang, tapi sebetulnya perang harga ini merugikan kedua belah pihak. krn apa? supaya murah, maka efisiensi produksi dijalankan, kalo efisiensi sudah mentok, maka kualitas diturunkan, misalnya dengan bahan kualitas rendah, bahan dikurangi, jahitan kurang baik,
asal cepat dan murah, dll. Akhirnya konsumen dapat harga murah tapi kualitas rendah, pedagang dapat uang sedikit dan ditinggalkan konsumen, dst.
Ini masih di sektor industri ringan, mau lihat contoh sektor penting yg kena wabah komoditi? Maskapai penerbangan. beberapa tahun yg lalu mereka perang harga dan akibatnya fatal! banyak kapal jatuh dan nyawa hilang!
Jadi komoditi itu berbahaya.
Nah, solusi Anda terhadap hal itu adalah dari segi visual desain (di dlm branding, istilahnya: brand identity). menurut saya solusi Anda ini sudah tepat, dan ini bisa dilengkapi lagi dengan solusi branding yg lain, misalnya komunikasi (iklan), program marketing yang inovatif (misalnya memanfaatkan social media), dll.
Apalagi Anda telah memberi value thd CV Anamora tsb: “Dengan cara menanamkan citra sebagai penjahit yang tidak hanya menjahit seragam kepolisian tapi juga memberikan penghargaan dalam bentuk jahitannya”. ini istilah marketingnya: “positioning”. Ini yg jadi pembeda dari pedagang2 serupa lainnya. Ini yang bisa melawan komoditi, yaitu dengan menjadi “branded”. jadi “komoditi” hrs dilawan dengan “branding”.
Nah lalu mengenai pendapat dosen yg mengatakan bahwa: “tidak membuat berdasarkan kemauan pelanggan”, saya bahas sbb: di level produk, riset pelanggan adalah yg utama, bagaimana mereka menggunakan produk tsb, kapan, sebaiknya harganya berapa, bentuk produknya gimana, dll. kan kalo dipakenya ga enak ya ga asik, kan kalo kemahalan ya ga dibeli orang, dll.
Sedangkan fokus kamu ada di area brand identity (dlm hal ini logo), bukan di area produknya, tetapi di area identitasnya. di area ini riset pelanggan tetap diperlukan, tetapi yang diriset bukannya: pelanggan sukanya logo seperti apa, menurut pelanggan logo yg bagus itu yg seperti apa, dll. Pelanggan bukan desainer! Yang diriset adalah kecenderungan umum pelanggan: contohnya: area tempat tinggalnya, usia, jenis kelamin, tingkat ekonomi, tingkat pendidikannya, kebiasaan belanja, media2 yg digunakannya, dll. hasil riset tsb dianalisa oleh desainer lalu dicarikan strategi yg paling tepat utk bikin logonya, iklannya, dll. jadi solusi itu dari desainer, bukan dari pelanggan, maupun klien.
Logo itu “wajah” dari brand.
coba lihat analogi ini: kamu jalan2 di pasar, trus orang2 yg ga kenal kamu apa bisa nebak kamu org desain apa bukan. apakah wajahmu itu wajah desain? ato ada wajah tukang sayur? ato ada wajah tukang jamu? wajah itu faktor terpentingnya cuma satu: UNIK. unik bukan terjemahan bhs Indonesia yg berarti bagus, tapi unik yg berarti: berbeda dengan yang lain. itu saja. logo toko coklat tidak harus selalu berwarna coklat, logo tukang ban tidak hrs selalu bulat, logo showroom mobil tidak harus selalu ada gambar mobilnya. kalau logo harus selalu menggmbarkan pekerjaannya kita akan kembali terjun ke lembah KOMODITI. semua logo tukang coklat adalah coklat, semua logo tukang ban bulat, dst. Jadi selain produknya komoditi, logonya juga bisa jadi komoditi, desainernya? juga bisa jadi komoditi!
Untuk melawannya maka harus branded, yaitu melalui keunikan tadi. visual yg unik, warna, bentuk yg unik, dll. dengan tetap mewakili kepribadian si entitasnya (dlm hal ini perusahaannya). kalau khawatir logonya tidak bisa berkomunikasi dengan audience, tenang saja, kan ada atribut branding yg lain yaitu: iklan, promosi, marketing, dll yg
memang mengkhususkan dirinya utk berkomunikasi sehingga audience ngerti siapa itu cv Anamora. tetapi logo memang fungsinya lebih kepada identifikasi saja. pembeda dengan yg lain, spt wajah manusia. krn itu kita sering menemukan logo yg kita ga tau apa artinya. mungkin makna itu hanya diketahui oleh si entitas dan desainernya saja. ya sah2 saja toh? (contoh: bakrie group, deutch bank, dll).
Sekali lagi bahwa desainer itu solution maker, jadi solusi seharusnya dari dirinya, bukan pelanggan / audience, bukan juga dari klien, walaupun riset thd kedua pihak tadi harus dalam, tapi hasil akhir ada di tangan desainer. Klien Anda profesinya bukan desainer, audience-nya juga bukan desainer. Anda lah desainernya.
Demikian Mas Yayat.
Salam suxeselalu, smg lancar studinya.