Dimas yusmana
sore pak
maaf ganggu
saya dimas mahasiswa yang sedang bikin tugas akhir mau bertanya seputar layout
untuk memberikan kesan simpel tp jga ada fun nya dalam sebuah layout booklet gmana carany ya pak, tp cma hanya menggunakan wrna merah putih hitam saja pak
terima kasih
surianto rustan
Halo Mas Dimas,
Mohon maaf sekali baru mengabarkan hari ini,
mengenai layout:
semua pekerjaan desain tidak berdasarkan style (style yg humor itu begini, style yg simpel ini begitu, style yg serius itu begini, dll).
desain harus dilandasi oleh problem. problemnya apa? problem ini harus dikumpulkan dulu. problem yaitu:
siapa si klien? apa produknya? siapa audiens-nya? apa yg mau disampaikan? dll.
6W+1H: what, who, whom, when, where, why + how..
Soalnya kalau dilandasi oleh style (style yg humor itu begini, style yg simpel ini begitu, dll) jadinya seperti template. bahayanya pakai template: keserupaan. keserupaan adalah musuhnya desain. desain murah gara2 ini, gara2 template. mungkin di level tertentu template bisa digunakan, tapi tidak di semua level desain. misalnya akan gawat sekali kalau starbucks pakai logo bergambar cangkir kopi karena kecenderungan template adalah menggambarkan bidang usahanya. nanti starbucks logonya akan serupa dengan kopi bengawan solo, dengan kopitiam, dengan excelso, dll.
makanya itu selalulah mendesain dengan berlandaskan problem: siapa klien, siapa audiens, apa produknya, dll, dll. dengan demikian hasilnya: klien A (problem A), solusi desainnya A, klien B, solusi desainnya B. tidak mungkin desain A merupakan solusi bagi A, B, C, D, dll.
krn problem tiap klien beda2, kepribadian klien juga beda2.
ngomong2 soal kepribadian, seperti halnya logo, semua desain itu spt wajah manusia = tidak ada yg sama. kalaupun style humor cocok utk
klien A, B, C, tapi mana ada selera humor orang yang sama? ada yg cocok dengan gaya Tukul, ada yg cocok dengan gaya Olga, ada yg cocoknya gaya humor stand-up comedy, dll.
Ini menekankan bahwa kalau berlandaskan style / gaya, maka jatuhnya ke komoditi, pukul rata semua. jadi berproseslah berdasarkan jatidiri
klien, tujuan, 6W1H.
Nah, kalau boleh tahu, siapa kliennya? tujuannya? 6W1H-nya? Apa sudah bikin creative brief?
Untuk lebih jelasnya, silahkan melihat2 kumpulan artikel tanya jawab
saya dengan teman2 lain di:
http://www.suriantorustan.com/en/learning/
atau di blog saya:
http://surianto.wordpress.com/category/klinikonsultasi-2/
Sementara sekian dulu Mas Dimas yang setahu saya.
adi darma
pagi pak, saya adi sekarang sedang magang ux desain
saya ingin bertanya mengenai bagaimana cara mengaplikasikan prinsip layout di produk digital seperti membuat layout untuk mobile ataupun website? apakah akan sama penerapanya seperti mendesain layout untuk buku ataupun desain layout lainnya?
terimakasih sebelumnya pak
Untuk layar desktop, di mana ruangnya cukup luas, maka kita bisa menerapkan prinsip layout cetak kedalamnya. Tapi untuk layar mobile di mana ruangnya sangat sempit, hanya beberapa prinsip Leo cetak yang bisa diterapkan di dalamnya.
Selain itu, dalam desain produk digital, ada elemen lain selain teks dan gambar, yaitu komponen-komponen interaktif. Contohnya: Button, icon, menu, dll. Hal ini membuat layout produk digital agak berbeda dengan layout cetak.
Sebenarnya itu semua akan ada dalam buku yang sedang saya tulis: buku layout edisi 2020.
Terima kasih, mudah-mudahan bisa membantu.