Ivan Reynaldy Syaputra
June 19
selamat pagi pak, ada yang mau saya tanyakan .
tapi bukan tentang desain, melainkan tentang budaya indonesia yang baru baru ini *katanya* diklaim oleh malaysia .
yang ingin saya tekankan disini tentang hak cipta budaya pak .
saya baca berita di internet, kedua negara (re: indonesia dan malaysia) punya argumen yang sama sama kuat tentang tari tor tor ini.
kalau menurut bapak sendiri bagaimana menanggapi hal ini?
bapak kan desainer, saya yakin bapak punya perspektif yang berbeda tentang hak cipta daripada orang awam. hehehe
terima kasih atas perhatiannya pak, mohon saya diberi penjelasan jika bapak sempat membaca chat saya [:)]
Surianto Rustan
June 21
Wah, bahasan yg menarik sekali. tp nanti saya balas ya Mas Ivan, lagi mau kuliah dulu, maklum jadi mahasiswa lagi [:)]
Ivan Reynaldy Syaputra
June 21
Tidak apa apa pak [:)]
Maaf, kalau saya mengganggu [:)]
Surianto Rustan
about an hour ago
Masyarakat Indonesia itu punya rasa kebersamaan yg kuat dari sejak dulu, gotong royong bukan individual, musyawarah bukan voting, selain itu kita juga masyarakat lisan bukan tulisan / dokumentasi. semua ajaran dilantunkan, dinyanyikan, diceritakan, bukan dibaca.
mungkin itu memang sudah karakternya sejak dulu.
sebetulnya hampir semua bangsa asia begitu termasuk malaysia. cuma sistem inggris lebih kuat mempengaruhi dan mereka lebih homogen yaitu melayu. kalau di Indonesia karena cara kolonialisme belanda berbeda dr inggris, dan tidak terlalu menanamkan ‘cara belanda’, maka ciri khas masyarakat kita dan sistem sosialnya tetap kuat, selain itu kita sgt heterogen, dr sabang sampai merauke itu ada berapa suku selain melayu?
berkaitan dengan itu, masyarakat Indonesia menganggap seni tidak terpisah dari hidup, menari itu sama dengan makan, bernyanyi itu sama dengan tidur, bekerja, dll, begitu juga mengukir, bermain, dll.
jadi kalo saya menciptakan lagu, maka lagu itu milik saudara2 dan tetangga2 saya, milik kampung saya dan siapa saja boleh menyanyikannya, itu sudah jadi lagu semua orang, semua boleh pakai, juga gaya ukiran, corak lukisan, bentuk tarian, resep makanan, dll.
Masyarakat kita sistemnya begitu.
Malaysia sudah sangat dipengaruhi sistem inggris > eropa. eropa sangat individual, kalo mao bukti lihat peta. luas benua eropa terbagi oleh banyak sekali negara yang kecil2. lihat peta Indonesia, dari begitu banyak pulau cuma ada 1 negara Indonesia. Sistem Eropa / Barat sangat meninggikan prestasi pribadi, contohnya pendaki gunung mendaki gunung A, maka gunung tsb dinamai sesuai namanya, begitu juga di bidang2 lain: ilmu, teori, sampai ke seni, dll, semua harus ada yang memiliki, yang lain boleh pakai asal bayar, misalnya. lagu ada hak cipta, tulisan juga, tarian ada koreografernya, theater, dll.
Bangsa Eropa menjajah hampir seluruh belahan dunia, jadi sampai sekarang sistem itulah yg digunakan oleh dunia, krn sudah berjalan dari dulu. Mau tidak mau negara2 timur seperti cina, taiwan, jepang, singapur, malaysia, dll. pakai sistem ini. kelihatannya mereka bisa mengadopsinya dengan baik, tapi saya percaya tetap saja ada benturan budaya dan mental dalam menjalankan sistem tsb.
Di Indonesia sistem tradisional masyarakatnya masih sangat kuat (krn cara kolonialisme belanda tadi berbeda dgn cara kolonialisme Inggris), sehingga benturan budaya itu masih ada hingga sekarang.
Segitu dulu Mas. Panjang kan? krn itu saya ga bisa balas seketika, hrs cari waktu yg cukup luang [:)]
(Catatan: ini adalah opini pribadi Surianto Rustan. Ia bukan seorang sejarahwan, bukan soiolog, bukan antropolog, bukan ahli hubungan internasional, dll.)